Pengertian media
bila ditinjau dari asal katanya (etimologi), berasal dari bahasa Latin “Mediare” yang berarti alat
perantara, alat penghubung atau alat
yang digunakan. Sedangkan secara istilah, media
berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai suatu tujuan.. Media juga
disebut sebagai “Media is the extensions of man”, yakni media adalah perluasan
dari ide, gagasan dan pikiran terhadap kenyataan sosial. Konsep yang
dikemukakan Marshall McLuhan bahwa media adalah pesan itu sendiri (the
medium is the message), dipahami bahwa media lebih dari sekedar wahana[1].
Pedoman untuk Hubungan media yang
Baik
Tidak dapat di
pungkiri, kemajuan media telah membuat beberapa pihak ingin memonopoli dan
menguasai media tersebut demi kepentingan nya. Oleh sebab itu, penggunaan media
harus sebaik serta sebijak mungkin agar perselisihan dapat dihindari.
Pendekatan yang baik dalam penggunaan media dapat di anggap sebagai sebuah
investasi. Hubungan baik itu dapat dihasilkan apabila para pelaku dan pengguna
media dapat mengikuti aturan-aturan dasar: (1) Sampaikan dengan jujur; (2) beri
layanan; (3) jangan mengomel; dan (4) jangan membanjiri media.
1. Sampaikan dengan jujur. Pada prinsipnya,”
Kejujuran adalah kebijakan terbaik”, maka
sampaikanlah pesan-pesan kita secara jujur dan adil.
2. Memberikan pelayanan. Hakikatnya seorang
manusia itu akan senang jika dilayani dengan baik. Pelayanan yang baik dapat
berupa isi komunikasi yang bermutu.
3. Jangan mengomel. Seperti halnya pelayanan
yang baik didambakan oleh seluruh umat manusia. Tetapi sebaliknya mengomel di
media/internet dapat di anggap sebagai konten yang tidak bermutu. Namun, jika
ingin menyampaikan kritikan maka sampaikanlah kritikan tersebut dengan kemasan
yang baik, tidak menghina maupun merugikan orang lain.
4. Jangan membanjiri media dengan koten-konten yang tidak penting.
Peranan Media dalam Dakwah
Sejatinya
hari ini umat Islam cerdas dengan informasi dan kuat dalam aqidah. Sebab,
kehadiran media telah mengelilingi kehidupan umat Islam. Media massa telah
menjadi industri besar di tengah masyarakat Indonesia maupun di daerah.
Kemudahan yang diberikan teknologi media elektronik telah mampu mengiringi keseharian
masyarakat.
Dalam pengertian
sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan
dakwah atau dalam proses pengajaran dikenal sebagai alat peraga. Alat bantu
berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang
tercapainya tujuan dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat
dilakukan.
Namun di dalam
era sekarang ini, peranan media tidak sebatas alat bantu tetapi bagian dari
sistem dakwah, dimana sistem ini terdiri dari beberapa komponen yang saling
terkait, salah satunya ialah media. Hal ini seperti di katakan Gagne “Media
represent one component of delivery systems. Delivery is the total of all
component necessary to make an instructional systems operate as intended.
Maka peranan media sebanding dengan komponen lain seperti metode, objek, dan
subjek dakwah. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki azas
efektif dan efisien, media menempati peranan yang strategis dan jelas
peranannya.
Alasan
terpenting penggunaan media dalam menyampaikan pesan dakwah ialah mengingat
bahwa dakwah merupakan proses yang kompleks dan unik. Kompleks, karena dalam
proses dakwah melibatkan seluruh aspek kepribadian, baik yang bersifat jasmani
dan rohani. Uniknya, proses dakwah terdiri dari berbagai macam perbedaan
budaya, ideologi, dan lain-lainnya. Hakikat nya, dakwah ialah upaya
mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti dan menjalankan ideologi
pendakwahnya. Sudah barang tentu pendakwah (Da’i) memiliki tujuan yang hendak
dicapainya.
Kenyataan
di atas, kemudian menjadi tantangan bagi dakwah Islam yang kian mendesak di
daerah ini sebab jika melihat kegiatan dakwah konvensional yang dijalani oleh
penyuluh selama ini tidak sedikit menghadapi masalah di lapangan. Kondisi
geografis, sulitnya mencapai lokasi sebab jarak tempuh yang jauh dan kondisi
jalan tidak mendukung sampai di lokasi di mana masyarakat memerlukan pencerahan
agama Islam sehingga sedikit banyak menyurutkan langkah da’i untuk turun
berdakwah.
Media
elektronik misalnya memiliki jumlah kian hari kian bertambah, tersebar di
seluruh kota maupun daerah-daerah di kabupaten bisa menjadi jembatan pertemuan
dengan masyarakat dengan kreativitas dan efektivitas cara, menembus batas-batas
wilayah hingga menjangkau ke daerah yang sulit di jangkau. Kemudian,
menciptakan dan mendorong keterlibatan aktif dari umat Islam dalam usaha
membantu memotivasi umat Islam agar menjalani kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Selanjutnya,
diyakini hingga hari ini bahwa media mampu menembus tembok kamar-kamar tidur
keluarga yang tidak mungkin ditembus oleh individu. Besarnya daya tarik media
terhadap khalayak menjadikan Televisi mampu menyedot perhatian pemirsa 5-6 jam
untuk menonton acara Televisi dengan jumlah penonton mencapai 94 persen[2].
Lebih lanjut aksi media lewat tampilannya yang berulang-ulang dapat memberikan
efek pengaruh terhadap masyarakat sebagai konsumen (individu, keluarga dan
seterusnya). Maka tak salah jika media massa disebut sebagai penyedia data
lengkap dan mampu menimbulkan ketergantungan masyarakat[3].
Kemunculan
film- film yang berjudul; Ayat- Ayat Cinta, Kun Fyakun, Para Pencari Tuhan,
Mengaku Rasul, Kiamat Sudah Dekat, Sang Pencerah, Surga Yang Tak Di Rindukan
maupun Wanita Berkalung Sorban, sepertinya telah mendapat klaim sebutan dari
kalangan masyarakat Islam Indonesia sebagai film Islami. Oleh karena itu sangat
perlu untuk memetakan kekuatan dakwah sebagai upaya untuk melihat peluang dan
alternatif lain yang bisa mempermudah proses sampainya pesan kepada masyarakat,
berjalan kontinyu dan kreatif mengikuti keadaan terkini dari masyarakat.
Media baru,
tantangan baru
Internet
merupakan revolusi komunikasi yang sangat luas dan mendalam. Dunia digital
telah mengubah komunikasi di dalam organisasi dan di antara organisasi dengan
berbagai pihak yang berbeda-beda. Dalam hubungan masyarakat, internet adalah
jalur komunikasi bebas hambatan. Pakar media, John Pavlik dan Shawn McIntosh
menyatakan pendapatnya tentang perubahan “konvergensi media” sebagaimana yang
di kutip oleh Scoot M. Cutlip dkk seperti berikut ini:
.....Menyatunya
telekomunikasi, komputer dan media dalam lingkungan digital. Konvergensi dan
perubahan yang dihasilkannya telah mengubah banyak aspek dasar dari media massa
dan komunikasi[4].
Kemajuan
teknologi telah mengubah produksi komunikasi, distribusinya, penyampaiannya dan
penyimpanannya. Meskipun banyak orang mengakui bahwa teknologi media baru telah
mengubah cara komunikasi dijalankan, kecepatan perubahan tersebut telah membuat
banyak praktisi harus bersusah payah untuk terus mengikutinya. Hasil temuan
Institute for Public Relations dan WORLDCOM Public Relation Group menyimpulkan
beberapa dampak internet berikut ini:
1. Ada kesepakatan yang hampir bulat (98%)
di kalangan profesional bahwa kemajuan teknologi seperti email dan internet
telah mempengaruhi cara kerja mereka.
2. Subjek penelitian rata-rata menghabiskan
waktu antara 15 sampai 19 jam online setiap minggu, dan melakukan online
rata-rata 5,8 hari per minggu. Sepertiga nya (33%) mengatakan bahwa mereka
online tujuh hari seminggu.
3. Mayoritas dari mereka lebih memilih
media komputer ber-internet dibandingkan media konvensional seperti koran
harian, radio maupun televisi.
Studi ini juga
mengemukakan kemungkinan perubahan lain dari cara operasi vis a vis dari
media: “Salah satu kenyataan dari keuntungan terbesar internet sebagai media
dakwah ialah kemampuannya untuk memberikan akses langsung dan cepat ke audien
dan oleh karenanya lebih unggul daripada media tradisional”. Jika kita
amati, perubahan tersebut lebih mendalam lagi mengingat bahwa saat ini secara
perlahan terjadi konversi media dari analog ke digital. Dalam era “analog”,
komunikasi terjadi dengan cara terbatas oleh pihak publisher. Sedangkan
audien di era digital dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak yang men
menciptakan dan memublikasikan isi komunikasi via email, forum online,
dan media interaktif lainnya dengan lebih mudah dan cepat. Selain itu, di era
ini masyarakat juga bisa menciptakan isi komunikasi massa sendiri dan
mendapatkannya audien yang lebih besar dengan biaya yang lebih murah daripada
media tradisional.
![]() |
Statistika penggunaan internet Indonesia dapat kita lihat dalam grafik di bawah ini:
Berdasarkan
gambar di atas, dapat kita ketahui bahwa pengguna aktif internet ialah sekitar
34,4% dari populasi masyarakat Indonesia sedangkan 31% nya aktif di media
sosial. 318,5 juta sudah terkoneksi perangkat mobile.
Media baru di
era ini yang bisa digunakan misalnya ialah weblogs dimana blogger
dapat memublikasikan hasil pemikiran, opini, pengamatan, dan interpretasi
mereka. Ketika Aksi Damai Bela Islam terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu,
beberapa blogger memuat berita, opini dan interpretasi mereka tanpa
harus datang ke lokasi aksi tersebut. Bagi mereka yang berada dalam komunitas
dan sepemikiran, blog telah menjadi media penghubung yang sangat efektif
untuk memublikasikan hasil pemikirannya. Selain itu, tumbuhnya media-media
komunikasi baru seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Messangger dan
lain-lain telah mengubah cara komunikasi masyarakat lebih mudah dan direct.
Metode
komunikasi demikian telah mengubah lankap media dalam berkomunikasi. Sejak
ditemukannya World Wide Web telah membuka komunikasi publik di selurih dunia.
Kekuatan yang dimilikinya ialah dapat mengirim pesan secara serentak ke banyak
orang dengan sasaran spesifik, menerima pesan dari masyarakat dalam waktu 24
jam dan tujuh hari, sehingga membuat internet sangat penting bagi komunikasi
saat ini.
Akses internet
yang relatif mudah, murah dan cepat ini telah mengubah banyak persepsi
masyarakat tentang Islam di beberapa negara minoritas muslim. Contoh dari
pengaruh teknologi komunikasi ini adalah yang terjadi di negara-negara Eropa,
dimana kuantitas muslim bertambah signifikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Juniawati, Dakwah Melalui Media Elektronik, Jurnal Dakwah, Vol.
XV, No. 2 Tahun 2014, hal: 215.
Wahyu Wibowo. 2013. Kedaulatan Frekuensi. Regulasi Penyiaran, Peran
KPI dan Konvergensi Media. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Scoot
M. Cutlip dkk, 2016. Effective
Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.