• Terbaru

    Saturday, 7 January 2017

    MEDIA BARU, TANTANGAN BARU






    Pengertian media bila ditinjau dari asal katanya (etimologi), berasal dari bahasa Latin “Mediare” yang berarti alat perantara, alat penghubung atau alat yang digunakan. Sedangkan secara istilah, media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan.. Media juga disebut sebagai “Media is the extensions of man”, yakni media adalah perluasan dari ide, gagasan dan pikiran terhadap kenyataan sosial. Konsep yang dikemukakan Marshall McLuhan bahwa media adalah pesan itu sendiri (the medium is the message), dipahami bahwa media lebih dari sekedar wahana[1].
    Pedoman untuk Hubungan media yang Baik
    Tidak dapat di pungkiri, kemajuan media telah membuat beberapa pihak ingin memonopoli dan menguasai media tersebut demi kepentingan nya. Oleh sebab itu, penggunaan media harus sebaik serta sebijak mungkin agar perselisihan dapat dihindari. Pendekatan yang baik dalam penggunaan media dapat di anggap sebagai sebuah investasi. Hubungan baik itu dapat dihasilkan apabila para pelaku dan pengguna media dapat mengikuti aturan-aturan dasar: (1) Sampaikan dengan jujur; (2) beri layanan; (3) jangan mengomel; dan (4) jangan membanjiri media.
    1.      Sampaikan dengan jujur. Pada prinsipnya,” Kejujuran adalah kebijakan terbaik”, maka sampaikanlah pesan-pesan kita secara jujur dan adil.
    2.      Memberikan pelayanan. Hakikatnya seorang manusia itu akan senang jika dilayani dengan baik. Pelayanan yang baik dapat berupa isi komunikasi yang bermutu.
    3.      Jangan mengomel. Seperti halnya pelayanan yang baik didambakan oleh seluruh umat manusia. Tetapi sebaliknya mengomel di media/internet dapat di anggap sebagai konten yang tidak bermutu. Namun, jika ingin menyampaikan kritikan maka sampaikanlah kritikan tersebut dengan kemasan yang baik, tidak menghina maupun merugikan orang lain.
    4.      Jangan membanjiri media dengan koten-konten yang tidak penting.
    Peranan Media dalam Dakwah
    Sejatinya hari ini umat Islam cerdas dengan informasi dan kuat dalam aqidah. Sebab, kehadiran media telah mengelilingi kehidupan umat Islam. Media massa telah menjadi industri besar di tengah masyarakat Indonesia maupun di daerah. Kemudahan yang diberikan teknologi media elektronik telah mampu mengiringi keseharian masyarakat.
    Dalam pengertian sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan dakwah atau dalam proses pengajaran dikenal sebagai alat peraga. Alat bantu berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan dakwah. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat dilakukan.
    Namun di dalam era sekarang ini, peranan media tidak sebatas alat bantu tetapi bagian dari sistem dakwah, dimana sistem ini terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, salah satunya ialah media. Hal ini seperti di katakan Gagne “Media represent one component of delivery systems. Delivery is the total of all component necessary to make an instructional systems operate as intended. Maka peranan media sebanding dengan komponen lain seperti metode, objek, dan subjek dakwah. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki azas efektif dan efisien, media menempati peranan yang strategis dan jelas peranannya.
    Alasan terpenting penggunaan media dalam menyampaikan pesan dakwah ialah mengingat bahwa dakwah merupakan proses yang kompleks dan unik. Kompleks, karena dalam proses dakwah melibatkan seluruh aspek kepribadian, baik yang bersifat jasmani dan rohani. Uniknya, proses dakwah terdiri dari berbagai macam perbedaan budaya, ideologi, dan lain-lainnya. Hakikat nya, dakwah ialah upaya mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti dan menjalankan ideologi pendakwahnya. Sudah barang tentu pendakwah (Da’i) memiliki tujuan yang hendak dicapainya.
    Kenyataan di atas, kemudian menjadi tantangan bagi dakwah Islam yang kian mendesak di daerah ini sebab jika melihat kegiatan dakwah konvensional yang dijalani oleh penyuluh selama ini tidak sedikit menghadapi masalah di lapangan. Kondisi geografis, sulitnya mencapai lokasi sebab jarak tempuh yang jauh dan kondisi jalan tidak mendukung sampai di lokasi di mana masyarakat memerlukan pencerahan agama Islam sehingga sedikit banyak menyurutkan langkah da’i untuk turun berdakwah.
    Media elektronik misalnya memiliki jumlah kian hari kian bertambah, tersebar di seluruh kota maupun daerah-daerah di kabupaten bisa menjadi jembatan pertemuan dengan masyarakat dengan kreativitas dan efektivitas cara, menembus batas-batas wilayah hingga menjangkau ke daerah yang sulit di jangkau. Kemudian, menciptakan dan mendorong keterlibatan aktif dari umat Islam dalam usaha membantu memotivasi umat Islam agar menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
    Selanjutnya, diyakini hingga hari ini bahwa media mampu menembus tembok kamar-kamar tidur keluarga yang tidak mungkin ditembus oleh individu. Besarnya daya tarik media terhadap khalayak menjadikan Televisi mampu menyedot perhatian pemirsa 5-6 jam untuk menonton acara Televisi dengan jumlah penonton mencapai 94 persen[2]. Lebih lanjut aksi media lewat tampilannya yang berulang-ulang dapat memberikan efek pengaruh terhadap masyarakat sebagai konsumen (individu, keluarga dan seterusnya). Maka tak salah jika media massa disebut sebagai penyedia data lengkap dan mampu menimbulkan ketergantungan masyarakat[3].
    Kemunculan film- film yang berjudul; Ayat- Ayat Cinta, Kun Fyakun, Para Pencari Tuhan, Mengaku Rasul, Kiamat Sudah Dekat, Sang Pencerah, Surga Yang Tak Di Rindukan maupun Wanita Berkalung Sorban, sepertinya telah mendapat klaim sebutan dari kalangan masyarakat Islam Indonesia sebagai film Islami. Oleh karena itu sangat perlu untuk memetakan kekuatan dakwah sebagai upaya untuk melihat peluang dan alternatif lain yang bisa mempermudah proses sampainya pesan kepada masyarakat, berjalan kontinyu dan kreatif mengikuti keadaan terkini dari masyarakat.
    Media baru, tantangan baru
    Internet merupakan revolusi komunikasi yang sangat luas dan mendalam. Dunia digital telah mengubah komunikasi di dalam organisasi dan di antara organisasi dengan berbagai pihak yang berbeda-beda. Dalam hubungan masyarakat, internet adalah jalur komunikasi bebas hambatan. Pakar media, John Pavlik dan Shawn McIntosh menyatakan pendapatnya tentang perubahan “konvergensi media” sebagaimana yang di kutip oleh Scoot M. Cutlip dkk seperti berikut ini:
    .....Menyatunya telekomunikasi, komputer dan media dalam lingkungan digital. Konvergensi dan perubahan yang dihasilkannya telah mengubah banyak aspek dasar dari media massa dan komunikasi[4].
    Kemajuan teknologi telah mengubah produksi komunikasi, distribusinya, penyampaiannya dan penyimpanannya. Meskipun banyak orang mengakui bahwa teknologi media baru telah mengubah cara komunikasi dijalankan, kecepatan perubahan tersebut telah membuat banyak praktisi harus bersusah payah untuk terus mengikutinya. Hasil temuan Institute for Public Relations dan WORLDCOM Public Relation Group menyimpulkan beberapa dampak internet berikut ini:
    1.      Ada kesepakatan yang hampir bulat (98%) di kalangan profesional bahwa kemajuan teknologi seperti email dan internet telah mempengaruhi cara kerja mereka.
    2.      Subjek penelitian rata-rata menghabiskan waktu antara 15 sampai 19 jam online setiap minggu, dan melakukan online rata-rata 5,8 hari per minggu. Sepertiga nya (33%) mengatakan bahwa mereka online tujuh hari seminggu.
    3.      Mayoritas dari mereka lebih memilih media komputer ber-internet dibandingkan media konvensional seperti koran harian, radio maupun televisi.
    Studi ini juga mengemukakan kemungkinan perubahan lain dari cara operasi vis a vis dari media: “Salah satu kenyataan dari keuntungan terbesar internet sebagai media dakwah ialah kemampuannya untuk memberikan akses langsung dan cepat ke audien dan oleh karenanya lebih unggul daripada media tradisional”. Jika kita amati, perubahan tersebut lebih mendalam lagi mengingat bahwa saat ini secara perlahan terjadi konversi media dari analog ke digital. Dalam era “analog”, komunikasi terjadi dengan cara terbatas oleh pihak publisher. Sedangkan audien di era digital dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak yang men menciptakan dan memublikasikan isi komunikasi via email, forum online, dan media interaktif lainnya dengan lebih mudah dan cepat. Selain itu, di era ini masyarakat juga bisa menciptakan isi komunikasi massa sendiri dan mendapatkannya audien yang lebih besar dengan biaya yang lebih murah daripada media tradisional.



    Statistika penggunaan internet Indonesia dapat kita lihat dalam grafik di bawah ini:
    Berdasarkan gambar di atas, dapat kita ketahui bahwa pengguna aktif internet ialah sekitar 34,4% dari populasi masyarakat Indonesia sedangkan 31% nya aktif di media sosial. 318,5 juta sudah terkoneksi perangkat mobile.
    Media baru di era ini yang bisa digunakan misalnya ialah weblogs dimana blogger dapat memublikasikan hasil pemikiran, opini, pengamatan, dan interpretasi mereka. Ketika Aksi Damai Bela Islam terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu, beberapa blogger memuat berita, opini dan interpretasi mereka tanpa harus datang ke lokasi aksi tersebut. Bagi mereka yang berada dalam komunitas dan sepemikiran, blog telah menjadi media penghubung yang sangat efektif untuk memublikasikan hasil pemikirannya. Selain itu, tumbuhnya media-media komunikasi baru seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Messangger dan lain-lain telah mengubah cara komunikasi masyarakat lebih mudah dan direct.
    Metode komunikasi demikian telah mengubah lankap media dalam berkomunikasi. Sejak ditemukannya World Wide Web telah membuka komunikasi publik di selurih dunia. Kekuatan yang dimilikinya ialah dapat mengirim pesan secara serentak ke banyak orang dengan sasaran spesifik, menerima pesan dari masyarakat dalam waktu 24 jam dan tujuh hari, sehingga membuat internet sangat penting bagi komunikasi saat ini.
    Akses internet yang relatif mudah, murah dan cepat ini telah mengubah banyak persepsi masyarakat tentang Islam di beberapa negara minoritas muslim. Contoh dari pengaruh teknologi komunikasi ini adalah yang terjadi di negara-negara Eropa, dimana kuantitas muslim bertambah signifikan.



    DAFTAR PUSTAKA
    Juniawati, Dakwah Melalui Media Elektronik, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014, hal: 215.
    Wahyu Wibowo. 2013. Kedaulatan Frekuensi. Regulasi Penyiaran, Peran KPI dan Konvergensi Media. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
    Scoot M. Cutlip dkk, 2016. Effective Public Relations. Jakarta:  Kencana Prenada Media Group.


    [1] Juniawati, Dakwah Melalui Media Elektronik, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014, hal: 215
    [2] WahyuWibowo (ed), Kedaulatan Frekuensi. Regulasi Penyiaran, Peran KPI dan Konvergensi Media, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2013).
    [3] Juniawati, Dakwah Melalui Media Elektronik, Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014, hal: 217
    [4] Scoot M. Cutlip dkk, Effective Public Relations, (Jakarta:  Kencana Prenada Media Group, 2016, hal: 287)
    Free Website Visitors