![]() |
Sebagaimana
telah kita ketahui, dunia ini tidak lepas dari pertarungan ideologi-ideologi
yang saling serang satu sama lain. Pertarungan tersebut muncul karena sifat dan
karakter ideologi memang untuk saling menguasai dan menghapuskan.
Di Indonesia, negara
yang dikenal religious, saat ini tengah di upayakan liberalisasi segala
sector untuk selanjutnya menjadikannya sebagai isme pada masyarakatnya.
Liberalisme secara umum ialah suatu ideology, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasari oleh keinginan untuk bebas sebebasnya, meniadakan kontrol
agama dan negara dalam setiap perilaku individu warga nya. Liberalisme menolak
pembatasan kepemilikan individu, mendorong ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) sebebasnya, menghendaki system pemerintahan
yang transparan. Oleh karena itu, liberalisme kemudian menjadi lahan subur bagi
berkembangnya kapitalisme. Karena, hanya dalam sistem tanpa bataslah (liberal),
penguasa kapital/pemegang modal dapat menguasai sebagian besar kekayaan suatu
negara.
Ciri-ciri ideologi
liberalisme ialah 1) Rakyat di doktrin untuk meyakini bahwa demokrasi merupakan
bentuk pemerintahan yang lebih baik. Sehingga suara seorang yang berilmu
disamakan dengan seorang awam; 2) Anggota masyarakat memiliki kebebasan penuh,
termasuk kebebasan berbicara dan kebebasan pers. Sehingga setiap orang boleh
menyuarakan isi hati dan pikirannya terlepas itu benar atau salah. Tiada
kontrol dari sistem norma, adat, agama yang membatasi bahwa hanya kata-kata
baiklah yang boleh di uacapkan. 3) Memarginalkan peran pemerintah, ulama, tokoh
masyarakat, guru, orang tua. Sehingga
pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas, suara
orang berilmu diabaikan, guru dan orang tua tergeser perannya. Semuanya serba individualistis,
apa yang diyakini individu itulah yang di anggap paling benar bagi dia. 4)
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat bias membuat
keputusan sendiri. Tergesernya peran pemerintah, ulama, guru, orang tua, dan
norma masyarakat membuat individu kehilangan pegangannya sehingga keputusan
yang ia ambil jauh dari kebaikan dan kebenaran.
Demikianlah sistem
liberal yang selama ini andalkan dibanyak negara yang dianggap dapat
menghantarkan rakyatnya mencapai kesejahteraan. Padahal kenyataannya di
lapangan yang terjadi ialah semakin melebarnya ketimpangan sosial, melebarnya gap
antar masyarakat, yang kaya semakin kaya sementara si miskin tidak dapat
berbuat apa-apa. Ambisi kaum liberal mengharapkan demokrasi menjadi sistem
pemenang pada akhirnya memenangkan pertarungan ideologi dunia dalam menguasai
rakyat. Hal ini disebabkan teknik politik demokrasi memasang black hole yang
akan menarik semuanya ke dalam perangkapnya untuk ia kuasai sepenuhnya. Melalui
proses yang demokratis akan terjadi transformasi kedaulatan menjadi kewenangan.
Secara nature,
manusia akan merasa nyaman dengan melimpahnya kekayaan sehingga ia kan berusaha
mempertahankan kekayaannya tersebut apapun caranya. Apalagi kekayaan tersebut
didapatkan tanpa dasar sosial yang tinggi maka penimbunan kekayaan oleh
sebagian orang merupakan hal lumrah terjadi dalam sistem ini. Oleh karena itu,
kepemilikan harta meski di batasi.