• Terbaru

    Tuesday, 28 February 2017

    HOAX: SENGAJA DISEBARKAN?




    Hoax atau informasi palsu merupakan isu yang hangat diperbincangkan akhir-khir ini. Hal ini tidak heran karena di era globalisasi dimana setiap orang berhak dan bias mengakses informasi, maka informasi yang muncul di internet tidak semuanya valid. Arus informasi tidak mungkin bias di kontrol karena setiap orang mempunyai akses terhadap dunia maya. Semakin banyak yang mempunyai aksesa internet semakin bertambah banyak pula berita dan informasi yang bisa kita peroleh akan tetapi tidak menjamin kesemuanya itu menyebarkan berita benar. Maka tidak heran apabila semakin cepat pula sebuah berita palsu menyebar. Kemudahan menyebarnya sebuah berita dan informasi tidak lepas dari adanya komunitas dunia maya yang sangat aktif beraktivitas di grup chat baik di Whatsapp, BBM, Facebook dan yang lainnya. Masifnya penyebaran hoax tidak lepas juga karena kurangnya budaya literasi dari pembaca sehingga kebenaran dari berita yang disebarkan tersebut seolah dihiraukan, yang penting terlihat update dimata orang lain.

    Menurut Robert Nares Hoax berasal dari kata "Hocus", yang berarti menipu. Hocus sendiri merupakan mantra sulap yang merupakan kependekan dari "Hpcus Pocus" (brilio.net, 01/03). Sedangkan secara epistimologi, hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu (Wikipedia.com, 01/03).

    Sudah selayaknya, sebagai pembaca yang bijak, setiap informasi yang kita peroleh sebaiknya diperiksa terlebih dahulu kebenarannya, jangan mudah untuk menyebarkan berita dan informasi yang diperoleh karena bisa jadi berita tersebut merupakan sebuah kebohongan. Akibatnya kita menanggung dosa lantaran ikut menyebarkan berita palsu.


    Menurut Ismail, Hoax sangat mungkin disebarkan secara sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan motif ekonomi. Semakin banyak orang yang mengakses informasi ini, semakin banyak pula klik yang dihasilkan sehingga mendatangkan uang atau disebut dengan “clickbait’. “Informasi hoax atau bukan, asal menghasilkan banyak klik,”. Selain itu,  masifnya hoax karena faktor kedekatan informasi dengan masyarakat. Sebab jika hoax hanya menyentuh kalangan tertentu maka penyebaran beritanya tidak akan massif. (majalahkartini.co.id). Terlebih lagi berita yang berkaitan dengan sensitive SARA sangat mudah tersebar.



    Berikut merupakan beberapa hal yang wajib kita lakukan untuk mendeteksi apakah sebuah berita itu asli atau palsu (hoax).
    1.      Melakukan pengecekan terhadap sumber informasi dan berita yang diterima

    Sangat banyak kita temui berita provokatif, berbau SARA, dan sejenisnya. Berita semacam itu sering juga menyusuo ke grup-grup chating di media social. Kita bias mengecek kebenaran nya lewat mesin pencari seperti Google, Yahoo, Bing dan lain-lain. Setelah itu pastikan bahwa sumber berita tersebut meruakan situs yang kredibel dan popular.
    2.      Mencek Gambar, Foto, Meme

    Langkah ini bisa kita lakukan dengan cara mengecek gambar yang diperoleh melalui Google Image di Browser lalu periksa apakah gambar tersebut benar atau tidak, serta sumber nya kredibel atau tidak.
    3.      Mengetahui Penulis Berita

    Berita palsu seringkali tidak mencantumkan nama penulis berita nya sehingga jika kita mendapatkan berita dan informasi yang tidak mencantumkan nama penulis maka hal tersebut perlu kita curigai kebenarannya. 

    Demikian tiga langkah tersebut yang bias kita lakukan untuk mencegah menjamurnya berita palsu. Semoga bermanfaat.
    Diolah dari berbagai sumber.
    Free Website Visitors