• Terbaru

    Thursday, 9 February 2017

    ESENSI PENCIPTAAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH FIL ARDH


    Manusia merupakan makhluk yang dipercaya dan dipilih Tuhan sebagai wakil-Nya di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Kehadiran manusia di muka bumi tidak lepas dari protes malaikat terhadap Tuhan atas penciptaannya. Protes tersebut didasari karena manusia merupakan makhluk yang memiliki hobi buruk yang dilambangkan dengan saling menumpahkan darah, protes malaikat ini kemudian terbukti dengan adanya kejadian pembunuhan pertama manusia yaitu habil oleh qabil.
    Manusia dala alquran terdiri dari tiga aspek utama dimana ketiga aspek ini merupakan ciri dasar dari manusia. Aspek pertama ialah manusia disebut dengan al-basyar (fisiologis) atau jasmaniyah yang sangat bersifat material. Contohnya manusia memiliki dua tangan, dua kaki, telinga, hidung dan aspek fisiologis lainnya. Atas dasar ini pula manusia disamakan dengan hewan atau binatang. Aspek kedua merupakan aspek sosiologis (an-nas) dimana manusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan memiliki ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Aspek ketiga yakni aspek insaniyah atau dimensi psikologis dimana manusia memiliki kebutuhan akan spiritual dan intelektual. Dari ketiga aspek ini, maka hina atau mulianya seorang manusia dilihat dari aspek insaniyahnya sebab ini pla yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Jika ukurannya aspek jasmani maka seorang manusia dan seekor binatang tidak ada bedanya, sebab keduanya juga meiliki dan melakukan hal yang sama. Hanya dalam aspek spiritual dan intelektual saja manusia dapat lebih mulia dari seekor binatang. Karena potensi akal dari seorang manusia yang dapat menghantarkan manusia ke puncak peradabannya.
    Pandangan lain terhadap kemanusiaannya manusia misalnya pandangan dari geosentris dimana bumi ditempatkan sebagai poros alam semesta, planet-planet lain mengitari bumi, karena di bumilah bercokol seorang makhluk mulia yang disebut manusia. Selain geosentris, humanisme memandang kemuliaan manusia dari kekuatan, kejayaan, pengetahuan, dan kebebasaannya. Jika kejayaan merpakan landasan kemuliaannya manusia maka seorang Fira'un tentu akan lebih mulia sebab ia memiliki kekuasaan yang sangat luas. Jika ilmu pengetahuan tolak ukurnya, maka pertanyaannya apakah Einstein lebih mulia dari Mahatma Gandhi, Bunda teresia yang memiliki jutaan pengikut?
    Free Website Visitors